08 Oktober 2025

Empat Cara Pandang Mendasar dalam Memperoleh Pengetahuan Ilmiah

Jelajah Dunia Epistemologi

Jelajah Dunia Epistemologi

Empat Cara Pandang Mendasar dalam Memperoleh Pengetahuan Ilmiah

Hakikat Positivisme

Pengetahuan yang otentik hanya berasal dari apa yang dapat diobservasi, diukur, dan dialami secara langsung (empiris). Paradigma ini menolak hal-hal metafisik karena tidak dapat diverifikasi.

Metodologi

  • Fokus pada objektivitas dan bebas nilai (*value-free*).
  • Menggunakan pendekatan kuantitatif & eksperimental.
  • Tujuannya mencari hubungan sebab-akibat yang bisa digeneralisasi menjadi hukum universal.

Tokoh Kunci

Auguste Comte Lingkaran Wina

Kritik Utama

Dianggap terlalu reduksionistik, karena mereduksi fenomena manusia yang kompleks menjadi sekadar angka, serta mengabaikan makna subjektif dan konteks budaya di baliknya.

Seorang guru ingin tahu apakah metode belajar `X` lebih efektif daripada metode `Y` untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa. Guru tersebut melakukan tes awal (*pre-test*), menerapkan kedua metode di dua kelas berbeda, lalu melakukan tes akhir (*post-test*). Hasilnya dianalisis secara statistik untuk melihat metode mana yang nilainya lebih unggul. Fokusnya murni pada data angka yang objektif.

Hakikat Rasionalisme

Pengetahuan sejati dicapai melalui akal (rasio) dan penalaran deduktif. Kebenaran dapat diketahui sebelum adanya pengalaman (*a priori*) melalui pemikiran yang logis dan konsisten.

Metodologi

  • Menggunakan logika deduktif: menarik kesimpulan khusus dari prinsip umum.
  • Model utamanya adalah pembuktian matematis dan analisis konseptual murni.

Tokoh Kunci

Plato René Descartes G.W.F. Hegel

Kritik Utama

Cenderung terlalu abstrak dan terlepas dari realitas dunia nyata. Immanuel Kant mengkritiknya dengan menyatakan bahwa akal tanpa pengalaman inderawi adalah "kosong".

Saat belajar geometri, siswa tidak perlu mengukur semua segitiga di dunia untuk tahu bahwa jumlah sudutnya 180 derajat. Mereka mempelajarinya sebagai sebuah prinsip umum (aksioma) dan menurunkannya secara logis. Kebenaran ini dicapai melalui akal, bukan pengukuran berulang kali.

Hakikat Fenomenologi

Pengetahuan diperoleh dengan memahami secara mendalam pengalaman sadar (*lived experience*) dari sudut pandang subjek. Slogannya adalah "kembali ke benda-benda itu sendiri," yaitu kembali ke pengalaman murni.

Metodologi

  • Epoché (Pengurungan): Peneliti menunda semua asumsi dan prasangkanya.
  • Pendekatannya bersifat kualitatif dan deskriptif.
  • Sering menggunakan wawancara mendalam untuk menangkap esensi pengalaman.

Tokoh Kunci

Edmund Husserl Alfred Schutz

Kritik Utama

Sangat subjektif, sehingga temuannya sulit digeneralisasi. Muncul pertanyaan apakah peneliti benar-benar bisa sepenuhnya bebas dari bias dan asumsi pribadinya.

Seorang peneliti ingin memahami "bagaimana rasanya menjadi korban perundungan di sekolah". Alih-alih menyebar kuesioner, peneliti melakukan wawancara mendalam dengan beberapa siswa untuk menggali perasaan, persepsi, dan makna dari pengalaman mereka. Tujuannya adalah memahami fenomena dari sudut pandang siswa itu sendiri.

Hakikat Hermeneutika

Pengetahuan adalah hasil dari proses interpretasi (penafsiran) terhadap "teks," yang bisa berupa tulisan, simbol, tindakan, atau peristiwa sejarah. Tidak ada pemahaman tanpa penafsiran.

Metodologi

  • Lingkaran Hermeneutik: Memahami makna dengan bergerak bolak-balik antara bagian dan keseluruhan.
  • Peleburan Cakrawala: Makna baru tercipta dari dialog antara konteks pembaca dan konteks teks.

Tokoh Kunci

Wilhelm Dilthey Hans-Georg Gadamer

Kritik Utama

Rentan terhadap relativisme, di mana semua interpretasi bisa dianggap sama benarnya. Jika tidak ada satu makna yang benar, bagaimana kita bisa menilai validitas sebuah penafsiran?

Saat mempelajari cerita rakyat seperti "Malin Kundang", guru tidak hanya meminta siswa menceritakan ulang alurnya. Guru mengajak siswa menafsirkan maknanya: Apa pesan moral tentang menghormati orang tua? Mengapa cerita ini masih relevan? Setiap siswa mungkin punya interpretasi yang sedikit berbeda, dan itulah inti dari hermeneutika: memaknai teks.

Sintesis: Pluralisme Epistemologis

Keempat paradigma ini bukan untuk dipertentangkan, melainkan untuk dilihat sebagai perangkat yang saling melengkapi. Tidak ada satu pendekatan yang "paling benar" secara absolut. Pilihan pendekatan bergantung pada objek studi dan pertanyaan penelitian yang ingin dijawab.

Integrasi dalam Riset Modern

Penelitian yang canggih sering kali mengintegrasikan berbagai pendekatan, atau dikenal sebagai metode campuran (*mixed-methods*). Seorang peneliti bisa menggunakan survei statistik (positivistik) untuk melihat tren umum, lalu melanjutkannya dengan wawancara mendalam (fenomenologis) untuk memahami pengalaman individu secara lebih kaya dan utuh.

Pemetaan Paradigma ke Disiplin Ilmu:

Ilmu Alam

Cenderung menggunakan Positivisme & Rasionalisme.

Ilmu Sosial

Menggunakan semua paradigma, tergantung tujuan penelitian.

Humaniora

Sangat bergantung pada Hermeneutika & Fenomenologi.

Aplikasi Web Interaktif berdasarkan Makalah "Epistemologi Ilmu Pengetahuan" oleh Kelompok 5.

Program Studi S3 Pendidikan Dasar, Universitas Negeri Malang, 2025.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dasbor Analisis Kebijakan Dunn

Dasbor Analisis Kebijakan Dunn ...