Jelajah Dunia Epistemologi
Empat Cara Pandang Mendasar dalam Memperoleh Pengetahuan Ilmiah
Hakikat Positivisme
Pengetahuan yang otentik hanya berasal dari apa yang dapat diobservasi, diukur, dan dialami secara langsung (empiris). Paradigma ini menolak hal-hal metafisik karena tidak dapat diverifikasi.
Metodologi
- Fokus pada objektivitas dan bebas nilai (*value-free*).
- Menggunakan pendekatan kuantitatif & eksperimental.
- Tujuannya mencari hubungan sebab-akibat yang bisa digeneralisasi menjadi hukum universal.
Tokoh Kunci
Kritik Utama
Dianggap terlalu reduksionistik, karena mereduksi fenomena manusia yang kompleks menjadi sekadar angka, serta mengabaikan makna subjektif dan konteks budaya di baliknya.
Seorang guru ingin tahu apakah metode belajar `X` lebih efektif daripada metode `Y` untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa. Guru tersebut melakukan tes awal (*pre-test*), menerapkan kedua metode di dua kelas berbeda, lalu melakukan tes akhir (*post-test*). Hasilnya dianalisis secara statistik untuk melihat metode mana yang nilainya lebih unggul. Fokusnya murni pada data angka yang objektif.
Hakikat Rasionalisme
Pengetahuan sejati dicapai melalui akal (rasio) dan penalaran deduktif. Kebenaran dapat diketahui sebelum adanya pengalaman (*a priori*) melalui pemikiran yang logis dan konsisten.
Metodologi
- Menggunakan logika deduktif: menarik kesimpulan khusus dari prinsip umum.
- Model utamanya adalah pembuktian matematis dan analisis konseptual murni.
Tokoh Kunci
Kritik Utama
Cenderung terlalu abstrak dan terlepas dari realitas dunia nyata. Immanuel Kant mengkritiknya dengan menyatakan bahwa akal tanpa pengalaman inderawi adalah "kosong".
Saat belajar geometri, siswa tidak perlu mengukur semua segitiga di dunia untuk tahu bahwa jumlah sudutnya 180 derajat. Mereka mempelajarinya sebagai sebuah prinsip umum (aksioma) dan menurunkannya secara logis. Kebenaran ini dicapai melalui akal, bukan pengukuran berulang kali.
Hakikat Fenomenologi
Pengetahuan diperoleh dengan memahami secara mendalam pengalaman sadar (*lived experience*) dari sudut pandang subjek. Slogannya adalah "kembali ke benda-benda itu sendiri," yaitu kembali ke pengalaman murni.
Metodologi
- Epoché (Pengurungan): Peneliti menunda semua asumsi dan prasangkanya.
- Pendekatannya bersifat kualitatif dan deskriptif.
- Sering menggunakan wawancara mendalam untuk menangkap esensi pengalaman.
Tokoh Kunci
Kritik Utama
Sangat subjektif, sehingga temuannya sulit digeneralisasi. Muncul pertanyaan apakah peneliti benar-benar bisa sepenuhnya bebas dari bias dan asumsi pribadinya.
Seorang peneliti ingin memahami "bagaimana rasanya menjadi korban perundungan di sekolah". Alih-alih menyebar kuesioner, peneliti melakukan wawancara mendalam dengan beberapa siswa untuk menggali perasaan, persepsi, dan makna dari pengalaman mereka. Tujuannya adalah memahami fenomena dari sudut pandang siswa itu sendiri.
Hakikat Hermeneutika
Pengetahuan adalah hasil dari proses interpretasi (penafsiran) terhadap "teks," yang bisa berupa tulisan, simbol, tindakan, atau peristiwa sejarah. Tidak ada pemahaman tanpa penafsiran.
Metodologi
- Lingkaran Hermeneutik: Memahami makna dengan bergerak bolak-balik antara bagian dan keseluruhan.
- Peleburan Cakrawala: Makna baru tercipta dari dialog antara konteks pembaca dan konteks teks.
Tokoh Kunci
Kritik Utama
Rentan terhadap relativisme, di mana semua interpretasi bisa dianggap sama benarnya. Jika tidak ada satu makna yang benar, bagaimana kita bisa menilai validitas sebuah penafsiran?
Saat mempelajari cerita rakyat seperti "Malin Kundang", guru tidak hanya meminta siswa menceritakan ulang alurnya. Guru mengajak siswa menafsirkan maknanya: Apa pesan moral tentang menghormati orang tua? Mengapa cerita ini masih relevan? Setiap siswa mungkin punya interpretasi yang sedikit berbeda, dan itulah inti dari hermeneutika: memaknai teks.
Sintesis: Pluralisme Epistemologis
Keempat paradigma ini bukan untuk dipertentangkan, melainkan untuk dilihat sebagai perangkat yang saling melengkapi. Tidak ada satu pendekatan yang "paling benar" secara absolut. Pilihan pendekatan bergantung pada objek studi dan pertanyaan penelitian yang ingin dijawab.
Integrasi dalam Riset Modern
Penelitian yang canggih sering kali mengintegrasikan berbagai pendekatan, atau dikenal sebagai metode campuran (*mixed-methods*). Seorang peneliti bisa menggunakan survei statistik (positivistik) untuk melihat tren umum, lalu melanjutkannya dengan wawancara mendalam (fenomenologis) untuk memahami pengalaman individu secara lebih kaya dan utuh.
Pemetaan Paradigma ke Disiplin Ilmu:
Ilmu Alam
Cenderung menggunakan Positivisme & Rasionalisme.
Ilmu Sosial
Menggunakan semua paradigma, tergantung tujuan penelitian.
Humaniora
Sangat bergantung pada Hermeneutika & Fenomenologi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar